Bedah Buku Kelas Nonfiksi: Bapakku Indonesia-Kang Maman

Bedah Buku Kelas Nonfiksi: Bapakku Indonesia-Kang Maman

kang maman

Data Buku
Judul : Bapakku Indonesia
Penulis : Maman Suherman (Kang Maman)
Penerbit : Pop (Imprint KPG)
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, April 2018
Tebal Halaman : 151 hlm
ISBN : 978-602-424-842-0
Jika teman-teman ada yang dulunya sering menonton program televisi Indonesia Lawak Klub (ILK) di stasiun tv Trans 7, tentu sudah tidak asing dengan sosok pria berkepala plontos yang membacakan notula (notulen) pada akhir acara. Yup, beliau adalah Maman Suherman atau yang lebih sering disapa Kang Maman.
Kang Maman yang lahir di Kota Makassar, 10 November 1965, menuangkan kisah atau kenangan bersama sosok bapak ke dalam bukunya yang berjudul Bapakku Indonesia.
Buku ini terbilang tipis, hanya 151 halaman. Terdiri dari 25 bab, yang masing-masing babnya berisi kisah pendek atau kisah singkat tentang sosok seorang Bapak.
Kang Maman menuliskan kisah tentang Bapak dengan cara yang tidak membosankan. Membaca buku ini, rasanya seperti mendengarkan seorang teman yang bercerita.Kang Maman menceritakan bagaimana sosok bapak sangat berpengaruh dalam hidupnya. Ada kisah bahagia seperti saat Kang Maman diarak keliling kampung saat menang lomba cerdas cermat dan lomba sepakbola. Ada juga kisah tentang bagaimana Kang Maman dan adiknya yang hampir meninggal saat usia mereka masih kecil. Ada kisah mengharukan tentang bagaimana seorang bapak akan melakukan apa saja demi kebahagiaan anak, seperti harus meminjam uang dan berhemat. Juga bagaimana kesedihan bapak Kang Maman ketika merasa tidak/belum bisa memenuhi apa yang dibutuhkan oleh keluarga. Juga kisah-kisah lucu tentang Kang Maman saat masih kecil, misalnya saat Kang Maman menjadi peramal kode buntut.
Jika ditanya mana kisah yang paling mengharukan, saya akan menjawab kisah tentang televisi baru. Saat itu, televisi masih menjadi barang mewah. Hanya orang-orang kaya yang punya.
Untuk bisa menonton televisi di rumah orang, Kang Maman bersama banyak orang lainnya harus rela antre. Tidak jarang, meski sudah lama antre, harus tetap kecewa, pulang ke rumah karena tidak kebagian tempat duduk. Kejadian antre agar bisa menonton televisi ini sangat sering dialami oleh Kang Maman.
Pernah sekali waktu, jatah yang tersisa untuk menonton televisi di rumah orang kaya tersebut, hanya tinggal untuk satu orang, padahal saat itu Kang Maman datang bersama adiknya. Maka, demi cintanya kepada adiknya, Kang Maman mengalah. Kang Maman pulang, lalu berjanji akan menjemput adiknya jika acara menonton televisi sudah selesai (sekitar pukul 21:00).
Kang Maman jelas sedih dan kecewa. Setibanya di rumah, Kang Maman jatuh sakit. Dibawa ke rumah sakit dan divonis terkena tipes. Penyakit yang saat itu banyak merenggut nyawa anak-anak.
Kang Maman dirawat cukup lama. Bahkan sempat dinyatakan meninggal (wafat). Tapi cinta dan keajaiban, membawa Kang Maman hidup kembali. Melanjutkan hidup menjadi Kang Maman yang kita kenal sekarang.
Cerita tentang bagaimana dukungan, cinta yang terus mengalir, dan doa yang tidak pernah putus dari keluarga ketika Kang Maman sakit, membuat saya sangat tersentuh. Betapa beruntungnya Kang Maman punya keluarga yang begitu hangat.
Bapak Kang Maman meninggal di usia yang terbilang masih muda. Dari sepenggal kisah yang ada, tentu bisa kita bayangkan bagaimana hancurnya perasaan Kang Maman. Anak sulung, pelanjut tongkat estafet.
Yang saya tahu, ketika Kang Maman bercerita tentang bapaknya, air matanya kadang tidak sanggup ia tahan. Beberapa kali, saya melihat Kang Maman bercerita tentang Bapaknya dengan suara serak sambil menahan tangis, namun akhirnya pecah juga.
Dari buku ini saya juga semakin menyadari bahwa perbuatan baik itu memang akan dibalas dengan berlipat ganda dan bisa diwariskan. Bapak Kang Maman memang sudah lama tiada, tapi buah dari kebaikannya masih bisa terus dirasakan oleh Kang Maman dan keluarga. Meski kisahnya hanya seputar kehidupan sehari-hari, tetapi banyak sekali pesan dan teladan yang bisa diambil. Judulnya memang Bapakku Indonesia, tapi bukan berarti tidak ada kisah tentang ibu di dalamnya. Justru, melalui beberapa kisah tentang Bapak, kita akan dibawa untuk melihat bagaimana perjuangan dan cinta seorang ibu terhadap keluarga. Bagaimana seorang istri dan seorang ibu menjadi sosok yang penting dalam sebuah kapal yang bernama keluarga.
Kang Maman kecil juga sama seperti anak kecil kebanyakan, pernah melakukan yang namanya “kenakalan”. Kang Maman juga pernah dihukum oleh bapaknya. Kisah-kisah ini yang membuat buku ini jadi punya sisi lucu.
Pada intinya, buku ini memang banyak memuat kisah tentang Kang Maman yang belum saya ketahui sebelumnya. Membacanya berulang kali, tidak pernah meninggalkan rasa bosan.
Satu lagi buku tentang bapak yang sangat berkesan.
“Tangisan bapak mungkin tak pernah kau dengar
karena dia ingin terlihat kuat
agar kau tak ragu untuk berlindung di lengan dan dadanya
ketika merasa tak aman”
(Pembedah: Utami Ningsih)
#KelasNonfiksi #BapakkuIndonesia #KangMaman

Tinggalkan komentar